Bismillah.
Di dalam hadits sahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim disebutkan salah satu sifat orang yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat adalah, “Seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid.” Di sisi lain, hadits itu juga menyebutkan golongan yang lain yaitu, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam pengabdian kepada Allah.”
Hadits ini seolah menyimpan rahasia besar bagi kita. Dimana letak keistimewaan orang yang menggantungkan hatinya di masjid dan pemuda yang tumbuh dewasa dalam ketaatan kepada Rabbnya. Hal ini seolah menyiratkan bahwa kebanyakan manusia hatinya tidak bergantung di masjid dan kebanyakan pemuda tidak tumbuh dalam ketaatan secara baik.
Sering kita jumpai dalam al-Qur’an Allah menceritakan keadaan kebanyakan orang; bahwa mereka itu tidak pandai bersyukur, kebanyakan orang tidak mau beriman, dan kebanyakan orang kalau diikuti keinginannya justru akan menyesatkan manusia dari jalan Allah. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan salah satu karakter kebanyakan manusia adalah melalaikan nikmat sehat dan waktu luangnya sehingga mereka tertipu dan merugi.
Menggantungkan hati kepada Allah semata adalah salah satu sifat kaum beriman yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih mengenai tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab, bahwa sifat mereka itu diantaranya, “Mereka bertawakal hanya kepada Rabbnya.” Inilah sifat mukmin sejati ahli tauhid tulen. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah takutlah hati mereka, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan kepada Rabb mereka semata mereka itu bertawakal.” (al-Anfal : 2)
Mengapa para nabi dan rasul rela dimusuhi bahkan diperangi demi mendakwahkan agama ini? Hal itu tidak lain karena mereka telah menggantungkan hatinya secara penuh kepada Allah. Mereka tidak menyandarkan hatinya kepada makhluk sedikit pun. Mereka bukan berdakwah demi merebut simpati manusia, karena yang mereka cari adalah keridhaan Rabbnya. Oleh sebab itu mereka semua sepakat untuk mendakwahkan tauhid dan memerangi syirik; walaupun kebanyakan kaumnya tidak menyukai tauhid dan gandrung dengan segala bentuk dan rupa kesyirikan.
Para sahabat nabi yang digelari sebagai manusia-manusia terbaik setelah para nabi adalah orang-orang yang menggantungkan hatinya kepada Allah semata. Lihatlah Abu Bakar dengan kesabaran dan keteguhannya dalam membela dan menemani perjuangan dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai ketika berada dalam situasi genting pada saat perjalanan menuju Madinah dalam rangka hijrah bersama Sang Nabi tercinta kemudian beliau merasa khawatir kalau kaum musyrik akan melihat keberadaan mereka berdua di dalam gua, turunlah kabar dari Allah melalui lisan Nabi-Nya (yang artinya), “Jangan sedih, sesungguhnya Allah bersama kita..”
Subhanallah! Inilah kesempurnaan tawakal dan ketergantungan hati mereka kepada Allah. Karena hanya Allah penguasa langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Lihatlah bagaimana tauhid dan aqidah menempa hati para sahabat sehingga tunduk dan patuh kepada Allah dan menggantungkan hatinya kepada Rabb penguasa alam semesta. Sebagaimana ketegaran Nabi Musa ‘alaihis salam ketika bersama pengikutnya berlari dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya lantas terhenti di depan lautan, sampai-sampai pengikutnya berkata, “Kita pasti akan tertangkap oleh mereka.” Maka Musa ‘alaihis salam pun berkata dengan tegar, “Sekali-kali tidak, sesungguhnya bersamaku ada Rabbku, Dia pasti memberikan petunjuk kepadaku.”
Ini semuanya menjadi pengingat bagi kita betapa benar sabda Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah niscaya Allah akan gantikan baginya dengan sesuatu yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad). Mereka tidak menggantungkan hati kepada makhluk yang lemah dan fakir karena mereka yakin Allah maha kuat lagi maha kaya…